Selamat wisuda adik-adikku
“Hati
nurani adalah suara jiwa; hawa nafsi adalah suara raga”
_Rousseau
Kali
ini aku tidak menggunakan kata “saya” untuk menunjukkan kedekatan secara emosional.
Adik-adikku telah menyelesaikan kuliah, membuat sejarah untuk hari-hari berada
di kampus. Segala sesuatu telah disaksikan, sebagai bagian pengalaman berharga
sepanjang sejarah hidup. Pendidikan adalah petualangan yang berkelanjutan yang
manusia lakukan sejak lahir. Belajar mengenal nama-nama, belajar menyebut
sesuatu dan merekamnya dalam ingatan-ingatan. Sekolah pertama yang tidak
tergantikan tentu saja.
Jalan
pendidikan berarti juga jalan meraih kesempurnaan sebagai manusia. Dengan lulus
pada pendidikan formal bernama universitas, kembali menjalani pendidikan sesungguhnya.
Kesempurnaan sebagai manusia tumbuh dengan memupuk kontribusi kepada sesama.
Segala pengetahuan yang didapatkan selama kuliah akan bermakna ketika
bermanfaat bagi orang lain, maupun lingkungan sekitar.
Ini
bukan tugas sederhana. Ini tugas berat yang memang dipilih sebelum masuk perguruan
tinggi. Hal yang paling penting dalam perjalanan tersebut, selalu ada peran
orang tua. Bukan hanya orang tua secara biologis, tapi juga orang tua pengetahuan
itu sendiri. Mereka yang pernah memberi nasihat baik kepada kita. Nasihat yang
baik bisa saja datang dari kawan dekat, atau orang-orang yang kebetulan kita temui.
Tapi, pengetahuan apapun tidak ada artinya dibandingkan sikap dan tindakan.
Dunia ini tidak pernah kekurangan orang cerdas, tapi segelintir saja yang punya
sikap santun. Ada banyak orang pintar yang mendapat kegagalan dalam hidupnya
karena merasa diri lebih cerdas, lebih hebat, lebih mampu, lebih pandai dan
berlebihan segalanya. Santun yang aku maksud adalah sifat yang tertanam dalam
hati, diterapkan dalam kehidupan.
Apabila
menemui kegagalan ditengah jalan nantinya, semisal tidak dapat pekerjaan yang
dimimpikan. Jangan patah semangat, atau mengeluh dan menyalahkan orang lain,
apalagi menyalahkan tuhan. Tuhan tidak tidur, tuhan selalu menyiapkan hal lebih
baik dalam doa dan usaha kita.
Dengan
bersabar, bukan berarti kita tidak visioner. Kita tidak akan pernah melihat
pelangi apabila terus-menerus tunduk. Rayakan dengan sukacita, ciptakan sejarah
hari ini, esok akan kita rindukan dengan penuh senyum. Begitu terus setiap
hari. Jaga senyum dan semangat itu baik-baik. Jiwa memiliki dua unsur besar,
Nurani yang berasal dari perasaan, sementara pikiran dengan naluri. Biarkan
pikiran tetap melangit, hati tetap membumi.
Penulis (Abang Zainul)
Editor (Corinus)
Editor (Corinus)
Komentar
Posting Komentar